Home Music Others

Fakta Unik di Balik Album-Album Radiohead

Radiohead, band asal Inggris yang lahir di Oxford pada tahun 1985, sudah lama dikenal sebagai salah satu pelopor musik alternatif. Mereka bukan cuma sekadar bikin lagu, tapi juga menciptakan karya yang mendalam dan penuh makna. Dari era grunge hingga dunia elektronik eksperimental, perjalanan mereka selalu membawa sesuatu yang baru. Tidak hanya lagu Hail to the Thief www.hail-to-the-thief.org yang merupakan sindiran langsung terhadap hasil pemilihan presiden AS tahun 2000. Ternyata banyak juga fakta menarik di album lainnya. Yuk, kita intip fakta-fakta unik dari album-album mereka yang nggak cuma keren, tapi juga punya cerita seru di baliknya.

fakta unik album radiohead


Permulaan yang Sederhana: Pablo Honey (1993)

Siapa sangka kalau Radiohead dulunya cuma anak-anak muda yang main musik di garasi? Album debut mereka, Pablo Honey, mungkin terdengar sangat berbeda dibandingkan karya-karya mereka sekarang. Tapi jangan salah, album ini punya cerita yang nggak kalah menarik.

Lagu "Creep" adalah bintang utama di sini. Awalnya, lagu ini nggak langsung meledak begitu dirilis. Bahkan, Thom Yorke sempat merasa malu dengan lagu ini karena menganggapnya terlalu emosional dan klise. Namun, setelah dirilis ulang pada tahun 1993, "Creep" jadi hits global dan membawa nama Radiohead ke kancah internasional. Lucunya, judul album sendiri diambil dari slogan iklan TV Amerika untuk madu, "Pablo's Honey." Nggak nyangka kan kalau inspirasi bisa datang dari hal-hal receh kayak gitu?


Perubahan Besar di The Bends (1995)

Kalau kamu pikir Radiohead cuma bakal jadi band grunge biasa, kamu salah besar. Lewat album kedua mereka, The Bends, mereka mulai menunjukkan potensi besar sebagai band rock alternatif yang lebih dalam dan kompleks.

Salah satu lagu ikonik di album ini adalah "Fake Plastic Trees." Liriknya dipenuhi dengan sindiran tentang konsumerisme modern, terinspirasi dari kehidupan di pusat perbelanjaan Canary Wharf di London. Bayangkan aja, Thom Yorke melihat semua orang beli barang-barang yang nggak penting, lalu nulis lagu tentang itu. Ada sesuatu yang manusiawi banget di situ, kan?

Proses rekaman album ini juga nggak mudah. Band ini sempat merasa tertekan oleh ekspektasi label rekaman dan tekanan untuk menghasilkan hit. Tapi untungnya, hasil akhirnya justru menjadi salah satu album rock alternatif terbaik sepanjang masa.


OK Computer: Album yang Bikin Dunia Terpukau (1997)

Kalau ada satu album yang bikin Radiohead jadi legenda, itu adalah OK Computer. Album ini nggak cuma soal musik, tapi juga tentang cerita-cerita gelap tentang alienasi teknologi dan kehancuran sosial.

"Paranoid Android," salah satu lagu andalan di album ini, adalah contoh bagus bagaimana Radiohead nggak takut bereksperimen. Lagu ini punya durasi lebih dari enam menit dengan struktur multi-bagian, mirip kayak "Bohemian Rhapsody" milik Queen. Bedanya, lagu ini lebih futuristik dan suram.

Menariknya, sebagian besar album ini direkam di sebuah rumah pedesaan bernama St. Catherine’s Court. Suasana isolasi di sana memberi inspirasi besar buat band ini untuk menciptakan musik yang benar-benar beda dari apa pun yang pernah ada sebelumnya.


Kid A: Langkah Radikal yang Mengubah Segalanya (2000)

Kalau kamu penggemar musik elektronik, pasti tahu betapa revolusionernya Kid A. Album ini adalah langkah besar bagi Radiohead untuk meninggalkan gaya rock alternatif mereka dan masuk ke dunia elektronik eksperimental.

Salah satu lagu yang paling mencuri perhatian adalah "Idioteque." Lagu ini menggunakan sampel dari komposer elektronik Paul Lansky dan Arthur Kreiger, menciptakan suara futuristik yang masih relevan sampai sekarang. Menariknya, band ini nggak merilis single resmi untuk album ini, tapi tetap berhasil jadi hits radio berkat lagu-lagu seperti "Everything in Its Right Place."

Bahkan, album ini memenangkan Grammy Award untuk Album of the Year di tahun 2001. Bisa dibilang, Kid A adalah bukti bahwa eksperimen nggak selalu berarti gagal.


Amnesiac: Saudara Kembar Kid A (2001)

Kalau Kid A adalah langkah radikal pertama, maka Amnesiac adalah saudara kembarnya. Album ini direkam selama sesi yang sama dengan Kid A, tapi punya nuansa yang sedikit berbeda.

Lagu "Pyramid Song" adalah salah satu yang paling unik di album ini. Struktur ritmenya nggak biasa, terinspirasi oleh musik jazz eksperimental dan gamelan Jawa. Rasanya kayak mendengarkan sesuatu yang asing tapi tetap familiar.

Ada juga lagu "Packt Like Sardines in a Crushd Tin Box" yang kontroversial karena liriknya tentang konsumerisme dan kebosanan urban. Beberapa orang menganggap lagu ini terlalu pesimistis, tapi di situlah letak kekuatan Radiohead: mereka nggak takut bicara soal hal-hal yang nggak nyaman.


In Rainbows: Revolusi dalam Industri Musik (2007)

In Rainbows adalah bukti bahwa Radiohead nggak cuma inovatif dalam musik, tapi juga dalam cara mereka mendistribusikan karya mereka. Album ini dirilis secara digital dengan model pembayaran fleksibel, di mana penggemar bisa memilih berapa pun harga yang ingin mereka bayar, bahkan gratis.

Strategi ini ternyata sukses besar, dengan penjualan fisik album mencapai lebih dari 3 juta kopi. Lagu-lagu seperti "Reckoner" dan "Nude" jadi favorit penggemar karena melodi indah dan lirik emosional. Apalagi, "Nude" awalnya ditulis selama sesi OK Computer, tapi baru diselesaikan untuk album ini.


The King of Limbs: Minimalis tapi Penuh Tekstur (2011)

Kalau kamu suka musik yang minimalis tapi tetap punya kedalaman, The King of Limbs adalah album yang harus kamu dengarkan. Rekaman album ini hanya butuh waktu dua minggu, tapi hasilnya nggak main-main.

Judul album diambil dari nama pohon tua di Wiltshire, Inggris, yang disebut "King of Limbs." Simbol alam ini mencerminkan tema keberlanjutan dan hubungan manusia dengan lingkungan.

Video musik untuk lagu "Lotus Flower" juga jadi viral karena Thom Yorke menari dengan gerakan aneh dan ekspresi wajah yang unik. Gerakan ini kemudian dijadikan meme internet, tapi tetap nggak mengurangi keseriusan lagunya.


A Moon Shaped Pool: Perpisahan yang Mendalam (2016)

Album terbaru Radiohead ini punya nuansa yang sangat personal. Dirilis tak lama setelah ayah Thom Yorke meninggal dunia, banyak lirik di album ini mencerminkan rasa kehilangan dan kerinduan.

Lagu "True Love Waits" akhirnya dimasukkan ke dalam album ini setelah bertahun-tahun hanya ada sebagai lagu live. Versi studio-nya memiliki aransemen piano yang minimalis dan menyentuh. Kolaborasi dengan orkestra juga memberi album ini nuansa sinematik yang dramatis.


Kesimpulan

Radiohead bukan cuma band, tapi juga fenomena budaya yang terus berkembang. Dari Pablo Honey yang polos hingga A Moon Shaped Pool yang penuh emosi, setiap album mereka punya cerita unik yang layak diapresiasi. Mereka nggak cuma bikin musik, tapi juga menciptakan pengalaman yang mendalam dan relevan dengan zaman.

Jadi, kalau kamu belum pernah dengerin karya-karya mereka, coba deh mulai dari salah satu album di atas. Siapa tahu kamu bakal ketagihan!

You might also like...
Komentar
Responsive Ads
Responsive Ads
Responsive Ads
Additional JS